Bab 5
"Kau mau pergi kemana, Ren-san?!" Tanya Hasekura.
Ren menolehkan wajahnya sejenak.
"Tentunya aku mau pulang. Ini sudah larut malam."
"Tapi... kau tidak tahu kemana jalan keluarnya, kan?
Dan kenapa kau tidak ingin menjadi Penyihir?!"
"Aku tidak tertarik sama sekali."
"Dia sama sekali tidak percaya dengan sihir.
Mizuo.. antarkan dia pulang," ucap Hana.
"Baiklah. Kenapa hal ini harus terjadi kepadaku.. ohh..."
Dengan lesu dan lemas,
Miuzo akhirnya menghampiri Ren yang sudah berada di depan pintu. Dia
seperti itu karrna pria yang dianggapnya tampan tidak akan kembali lagi
ke dunia Naria. Hasekura mencoba mencegahnya untuk pergi dan
meyakinkannya untuk percaya akan sihir, tapi keputusan Ren sudah bulat.
Dia tidak ingin menjadi penyihir seperti diceritakan oleh Hana. Hal ini
tentunya sangat mustahil dan aneh. Di jaman teknologi canggih dan
peradaban yang maju, mana mungkin ada dunia lain yang tak bisa
dijelaskan dengan logika.
"Aku pulang. Jangan lupa besok. Banyak pekerjaan yang belum kau selesaikan," Ucap Ren dengan senyun tipis.
"Ren-san..."
Ren dan Mizuo pun
akhirnya pergi meninggalkan tempat kediaman Hana. Sedangkan Hasekura
masih di dalam ruang tamu bersama dengan Hana.
Hasekura melirik keadaan sekitar. Terdapat beberapa hiasan aneh yang terpampang di dinding, hiasan itu lebih dari kata "seram".
"Apa itu hiasan rumahmu?" Tanya Hasekura.
"Iya."
"Ko-kowaii..."
"Benarkah? Ini merupakan hasil dari pelatihan Mizuo selama ini."
"Berarti menjadi penyihir itu tidak mudah, ya."
"Tidak. Karena ada beberapa rintangan yang harus kau lalui."
"Rintangan?"
"Nanti kau akan tahu sendiri. Demi Dunia.. kau telah dipercaya untuk hal ini. Savior."
"Bukannya.. di Dunia Naria sudah ada penyihir yang kuat juga ya?"
"Tentu saja."
Hasekura merasa masih
kurang percaya diri akan kekuatannya, apalagi dia tak pandai bertarung.
Tapi, Hana mencoba memberikan semangat untuknya.Walaupun disini banyak penyihir yang kuat, Hasekura harus tetap mempelajari setiap sihir yang akan diterimanya besok.
Tidak hanya itu juga, dia juga mempunyai kesibukan di dunia manusia juga sebagai Graphic Designer. Kemungkinan waktu untuk ke Dunia Naria sangat sedikit, jadi sangat sulit untuk memgatur waktu untuk pergi kesana.
"Masalah waktu..." Ucap Hasekura.
"Memangnya ada apa?"
"Aku di dunia manusia selalu menghidupi keseharianku dengan bekerja."
"Bekerja, ya. Tapi bahaya di Dunia Naria sendiri tidak bisa dipastikan dan aku sendiri juga tidak bisa memastikan hal itu.
Jika ada dalam bahaya di Dunia Naria, kau pasti bisa merasakannya."
Jika ada dalam bahaya di Dunia Naria, kau pasti bisa merasakannya."
"Begitu ya. Baiklah kalau begitu, akan kuusahakan!"
Semuanya telah
diceritakan, Hana juga mendapat kabar dibagian sisi selatan Atherium
diserang oleh beberapa monster. Sesuai keterangannya, serikat itu hanya
dihuni oleh manusia biasa dan tidak ada satupun penyihir yang menetap
disana.
Hana pun mengajak
Hasekura untuk pergi menuju ke bagian selatan Serikat Atherium. Berbeda
dengan dunia manusia yang saat ini sudah malam, tapi berbeda dengan
bagian selatan Atherium, waktu masih tampak sore, matahari terlihat
sebentar lagi terbenam.
"Kau akan mengajakku kemana? Hana-san."
"Ke bagian selatan Atherium."
"Apa yang terjadi?"
"Bagian selatan Atherium telah diserang oleh monster."
"Apa aku bisa mengalahkan monster itu...??" Ucap Hasekura dalam hati. Keraguan melanda hatinya.
Berlama-lama sekitar satu jam mereka akhirnya sampai ke bagian selatan Serikat Atherium.
Mereka terlambat.
Gubuk kecil yang dominan
dihuni oleh manusia di Atherium pun telah dihancurkan dan rusak parah.
Manusia disana hanya meratapi kesedihan yang mendalam, yang bisa mereka
temukan hanya barang-barang yang masih bisa diselamatkan.
Tidak ada korban jiwa di dalam peristiwa ini, kerugian yang dimiliki oleh manusia di bagian selatan Atherium cukup besar.
Disana juga ada satu pria yang melihat sekitar. Tampaknya dia sedang menolong orang-orang di sekelilingnya.
Hana pun juga tidak mengenal siapa pria itu. Hana dan Hasekura pun akhirnya menghampiri pria berambut kuning itu.
"Siapa kau?" Sapa Hana.
"Namaku Kira Akari," Ucapnya.
"Kau... ini..?" Tanyaku.
"Aku bukan penyihir. Tapi sepertinya aku terjebak disini. Sama sepertimu.." ucap Akari.
"Bagaimana kau bisa ta-"
"Aku ini cerdas dan pandai bersosialisasi. Jadi aku bisa mengetahui ini dari siapapun."
"Kau ini dari Tokyo?"
"Betul sekali.. tepatnya dari Shinjuku."
Tidak lama datangnya
seorang penduduk Atherium yang bertanya ke Hana. Dia sedikit curoga
karena mereka berdua ini tampak asing. Dia tak pernah melihat sosok
pemuda ini disini.
"Siapa mereka berdua ini, Hana?" Tanya salah satu penduduk wanita itu.
"Dia.."
Namun, penduduk lain yang ada disekelilingnya sudah bisa merasakan..
Bahwa mereka berdua telah ditakdirkan untuk menjadi Pasukan Mistis.
Penduduk pun memberikan hormatnya kepada mereka.
"Pasukan Mistis..." ucap penduduk sekitar.
Mereka berdua terasa
tersanjung dan terhormat karena ini. Akari sendiri tidak tahu jika
dirinya juga akan bernasib sama seperti Hasekura, menjadi salah satu
dari Pasukan Mistis.
"Wow.. ternyata disanjung oleh mereka itu rasanya menyenangkan," ucap Akari.
Monster yang dicari pun akhirnya telah muncul dihadapan mereka. Penduduk pun lari ketakutan saat melihat sosok monster itu.
Hana melangkahkan kakinya ke depan dan mencoba melawan monster itu.
[Great Shamian Wolf]
Monster serigala yang hampir sama dan mirip dengan Shamian Wolf. Hanya
saja, kekuatan dan tubuh fisiknya jauh lebih kuat dari Shamian Wolf.
Dia mempunyai elemen api
yang panasnya 2 kali lipat. Jika tersentuh saja, bukan hanya melepuh
saat mengenainya--tapi juga akan melelehkan seluruhnya.
Kekuatan yang cukup
berbahaya jika melawannya dengan jarak dekat. Apalagi--ditambah mereka
berdua yang belum bisa menguasai sihir.
Hana mempunyai satu rencana yang ada dipikirannya.
"Hey.."
"Siapa yang membunuh Shamian Wolf?"
"Hnngg?"
"Aku bertanya kepadamu!"
"Tentu saja aku yang membunuhnya," jelas Hana.
"Akan kubuat kau meleleh ditempat ini juga!" Ucap Great Shamian Wolf itu.
Dia berlari cukup cepat
kearah Hana. Sebuah portal sihir hitam dibawah tanah muncul dan keluar
sebuah rantai hitam [Magi : Kuro chēnruā] di berbagai sudut. Great
Shamian Wolf segera memberhentikan langkah kakinya untuk kearah Hana.
"Dia.. menjebakku!"
Great Shamian Wolf tidak
sempat mundur kebelakang. Dia akhirnya sudah terikat dengan [Kuro
chēnruā] di seluruh tubuhnya. Dia tidak bisa bergerak untu saat ini.
"Sial!! Lepaskan aku!!"
[Kuro chēnruā] milik
Hana sepertinya tidak akan cukup untuk menghentikan ambisinya untuk
membunuh Great Shamian. Tubuhnya terlalu kuat, dengan ranri itu
sepertinya masih kurang.
"Tidak mungkin!!" Teriak Hana.
Rantai tersebut mulai
retak dengan perlahan dan sepertinya akan segera putus. Great Shamian
mengeluarkan seluruh kekuatannya hingga tubuhnya diselimuti api.
"Rantaiku! Apa meleleh?!" Kaget Hana.
Rantai [Kuro chēnruā] meleleh terkena api dari Great Shamian Wolf yang sudah diselimuti api di seluruh bagian tubuhnya itu.
"Kau tidak akan bisa! Mengikatku dengan sihir seperti itu!" Great Shamian Wolf berlari menuju kearah Hana.
Hasekura dan Akari masih terdiam melihat mereka sedang bertarung. Tiba-tiba....
"Akari.. apa yang kau lakukan?" Tanya Hasekura.
Akari mengeluarkan sihir kuning di sebelah kirinya. Tangan kirinya masuk ke portal sihir dan mengambil sebuah senjata.
"Ayo maju, Kirohebi! It's showtime."
Akari saat ini memegang
sebuah pedang dengan dilapisi aura warna kuning. Dia melesat ke depan
dengan cepat dan mencoba untuk membantu Hana.
Tiaangh!!
Suara pukulan Great Shamian Wolf yang berhasil ditangkis oleh Akari dengan Kirohebi miliknya.
Lapisan api yang dimiliki oleh Great Shamian Wolf layaknya titanium. Yang sangat kuat dan sulit untuk ditembus.
Hana melihat takjub saat
melihat Akari mampu menggunakan sihirnya. Namun sekarang bukan saatnya
untuk kagum, karena lawan yang ada di hadapannya sangat kuat.
"Akira... kau sudah bisa mengguna--"
"Ini mudah," ucap Akari.
Hana mundur beberapa langkah di belakang dan melihat Akari yang saat ini menggantikan posisinya untuk bertarung.
"Siapa kau ini?" Tanya Great Shamian Wolf.
"Bisakah kita berbicara sebentar? Siapa namamu?" Tanya Akari.
"Aku Great Shamian Wolf! Dan aku yang akan membunuh Hana!"
"Hoho.. ternyata kau tidak bisa diajak berbicara, ya?" Ejek Akari.
Great Shamian Wolf
mencoba menendang Akari dengan memutar. Dengan sigap, Akari melompat ke
belakang dan menghindari tendangan Great Shamian Wolf.
Hasekura tidak menyangka
jika Akari mampu menggunakan sihirnya dan cara bertarungnya yang sangat
menakjubkan. Dia seperti orang yang pertama kali masuk ke dunia ini.
Bagaiamana tidak, dia pertama kali masuk ke dunia ini sudah bisa
menggunakan sihirnya meskipun hanya tergolong sederhana.
"Sugoi," Puji Hasekura.
EmoticonEmoticon