Mystical Savior - Bab 3

9:29 PM Add Comment


Bab 3

"Apa yang terjadi, Ren-san!"

"Ayo kita masuk!" Ajak Ren.

Ren dan Hasekura berlari dengan kencang untuk segera memasuki bangunan tua itu. Tidak berpikir panjang, dia mendobrak pintunya dengan keras. Pintu sudah terbuka lebar, bukan pemandangan lagi yang mereka lihat.
Melainkan, mereka melihat pemandangan lautan api, semuanya terbakar hangus oleh api disana. Tidak tahu siapa yang menyebabkan semua ini, pemandangan yang indah dan hijau itu telah tiada sekarang.

"Hutan itu! Apa yang terjadi!" Teriak Ren.

"Ren-san! Hentikan!"

Hasekura mencoba mencegahku untuk menelusuri hutan itu.

"Aku akan mencari tahu siapa penyebabnya!"

"Tapi lihatlah! Kau tidak akan bisa memadamkan api sebesar itu!"

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh di salah satu gubuk yang lokasinya cukup dekat dengan hutan yang terbakar itu.

Ren terus berlari kearah gubuk itu, mungkin saja ada seseorang yang membutuhkan pertolongannya. Ini sungguh mustahil, siapa yang menyebabkan semua ini.
Apakah dia adalah sosok monster yang dilihat oleh Ren dalam pikirannya?
Atau orang lain?

Pertanyaan itu pun masih sebuah misteri. Ren mencoba membuka pintu gubuk itu yang sebagian sudah dimakan oleh api, terlihat sosok nenek dengan kondisi yang lemah tergeletak di salah satu tempat tidurnya.

"Hasekura! Bawa nenek itu keluar dari sini!" Perintah Ren.

"Aku mengerti!" Jawab Hasekura.

Hasekura mencoba melewati api-api di gubuk kecil itu dan membawanya keluar dari sana. Nenek itu akhirnya berhasil diselamatkan, tapi gubuk yang ditinggalinya sudah hangus terbakar.

"Kau baik-baik saja, nenek?"

"Iya. Terima kasih," jawab nenek dengan berpakaian hitam tersebut.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Kita cari penyebabnya!" Jawab Ren.

Tiba-tiba mereka mendengar suara aneh.

"Kalian tak usah repot-repot mencarinya!"

"Siapa kau! Keluarlah!" Teriak Hasekura.

"Baiklah jika kau yang minta," ucap suara itu.

Dengan perlahan, dia mulai menampakkan dirinya. Ternyata apa yang ada dipikiran Ren sangat tepat. Penyebab semua ini adalah salah satu monster yang membakar habis seluruh pepohonan.

[Shamian Wolf] Monster aneh yang diutus oleh Akahito, dengan gigi taring yang panjang yang mampu mengoyak mangsa terutama manusia dan mempunyai tubuh yang cukup kekar layaknya werewolf. Dia juga mempunyai kekuatan elemen api.

Dia diutus oleh Akahito untuk membakar pepohonan di Serikat Atherium.

"Siapa kau?" Tanya Ren.

"Ren-san! Aku takut!" Hasekura bersembunyi di belakang Ren.

"Aku adalah Shamian Wolf. Monster Serigala yang diutus oleh Akahito-sama untuk menghancurkan serikat Atherium."

"Cih. Bijak sekali 'ya?" Ucap Ren.

"Beraninya kau!"

Shamian berlari dengan kencang menuju Ren.

"Hasekura! Bawa nenek itu ke tempat yang aman!" Perintah Ren.

"Baik!"

Hasekura membawa nenek itu ke tempat yang aman dari jangkauan api dan menjauhkannya dari Shamian.

Shamian masih terus berlari kearah Ren. Tangan kanan Shamian sudah siap untuk memukul Ren, tapi dengan sigap, dia berhasil menghindari pukulan dari Shamian. Ren berlari ke kanan dan memancingnya ke tengah hutan. 

Dia pun terus dikejar oleh Shamian.

"Kemampuanmu.. payah.." Ucap Ren.

"Apa katamu! Beraninya kau!"

[Magi : Honō] Sebuah jurus andalan dari Shamian wolf, menyemburkan api dari mulutnya dan membentuk menjadi serigala dengan ukuran dua meter yang melesat dengan cukup cepat.

"Jelas saja hutan jadi terbakar," ucap Ren.

Wush!

Ren berhasil menghindarinya dengan cepat. Shamian hanya takjub saat serangannya dapat dihindari. Karena selama ini, beberapa penyihir pun telah gugur dan kalah terkena serangan yang biasa dilakukan oleh Shamian ini.

"Apa kau ini seorang Savior?" Tanya Shamian.

"Savior? Aku tidak tahu itu," jawabnya.

"Pasukan Mistis!

Kau.. kau adalah orang kedua yang berhasil menghindari serangan andalanku," ucap Shamian.

"Heh! Serigala! Kenapa kau tidak pulang saja dan menonton tv?"

"Kau sudah membuatku marah!"

"Oh. Maaf."

Shamian melesat kearahnya dengan cepat, karena cepatnya-- Ren tidak bisa menghindar dan kemungkinan untuk menghindar sangatlah tipis. Ren hanya bisa berpasrah dan tidak menunjukkan wajah takutnya. Menurutnya, jika dalam keadaan terdesak lebih baik tunjukkan wajah yang menyebalkan.

"Oh tidak," Pasrah Ren.

Terdengar suara mantra salah satu dari penyihir yang mencoba menyelamatkan Ren.

[Magi : Kuro chēnruā] memungkinkan penyihir itu mengeluarkan rantai di bawah tanah dari berbagai sudut yang dapat mengikat lawan sampai tidak bisa bergerak. Rantai ini bukan sembarang rantai, rantai yang dimiliki penyihir ini sangatlah kuat dan dilapisi dengan aura hitam yang berfungsi menyerap kekuatan lawan.

"Siapa kau?"

"Namaku Hana, penyihir dari Serikat Aflhim."

"Pe-penyihir!!" Kagetku dan Hasekura.

"Lepaskan aku, Hana!!!!" Teriak Shamian.

"Akan ku akhiri segera."

Hana melemparkan tongkat sihir kayunya kearah Shamian dan berhasil menancap di perutnya.
[Magi : Enshō sutikku] Tongkat yang dimiliki pengguna akan mengeluarkan api yang panasnya melebihi panas biasa. Api dari tongkat akan menyebar ke seluruh tubuh lawan dan dengan perlahan lawan akan terbakar.

"Terbakarlah dengan apimu sendiri," Ucap Hana.

"Tidak!!! Lepaskan aku!!! Tidak!!!!"

Shamian pun akhirnya kalah terbakar dan hangus seketika. Tongkat itu terbang dan kembali pada Hana.

"Arigatou," ucapku.

"Sekarang aku akan menghentikan api itu."

Hana menyemburkan air dari mulutnya dan mengenai pepohonan yang terbakar itu. Selang tiga puluh menit kemudian, api yang disebabkan oleh Shamian atau monster serigala berhasil dipadamkan.

"Akhirnya.. berhasil," ucap Hana.

"Aku benci serigala jadi-jadian," ucap Ren.

"Ren-san! Bagaimana kau bisa tahu jika monster itu.."

"Aku juga tidak tahu. Yang jelas tepat dimataku, aku melihat monster."

"Monster?"

"Bagaimana keadaan nenek itu?" Tanya Ren.

Hasekura menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat kondisi nenek itu, nenek itu pun ternyata sudah menghilang.

"Kemana nenek itu?" Kaget Hasekura.

"Apa maksudmu! Bukankah dia tadi bersamamu?"

"Aku tahu itu, tapi kemana dia?

Aku baru saja bersama nenek itu."

Ren hanya bisa mengangkat kepalanya dan melihat langit yang sudah gelap.

"Apa kau ini benar-benar penyihir?" Tanya Ren kepada Hana.

"Tentu."

"Ini aneh. Bagaimana mungkin, dari bangunan tua saat kami masuki ternyata seperti... Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?!" Ucap Ren.

"Jelaskan!" Ucap Hasekura.

"Ikutlah denganku sebentar. Aku akan mengajak kalian ke rumahku," ajak Hana.


***

Sementara di bawah tanah, Akahito yang merupakan raja dari segala monster ini pun marah karena Shamian telah mati terbakar. Akihito pun tidak akan tinggal diam, mereka mencoba mengutus satu monster untuk menyerang Hana.

Akahito merupakan monster yang kejam dan jahat, dia juga dapat menyamar sebagai manusia ataupun penyihir. Tapi untuk saat ini, dia mencoba berdiam diri di markasnya dan mencoba memulihkan kekuatannya akibat segel dari Pasukan Mistis terdahulu.

"Akan kuhabisi Dunia Naria itu!" Ucap Akahito 

Dia sekarang merubah wujudnya menjadi penyihir yang tampan dan duduk di singgasana miliknya.

"Semua itu tidaklah mudah!" Ucap salah satu pria.

"Kau! Pasukan Mistis 'kah?"

Pria itu adalah pria yang sudah ditakdirkan untuk menjadi Pasukan Mistis, tapi dia tidak berpihak ke Dunia Naria, melainkan dia berpihak ke Akahito dan ingin menghancurkan Dunia Naria dan Dunia Manusia.

Dia adalah satu-satunya penyihir yang berhasil menerobos masuk ke Markas Akahito.

"Aku! Goro Daiki! Penyihir kegelapan yang akan memusnahkan dunia!"

"Kegelapan?" Ucap Akahito.

"Kekuatanmu tak akan bisa mengalahkan Dunia Naria. Bahkan kau juga tidak akan bisa mengalahkanku!"

"Tutup mulutmu! Kekuatanku masih belum pulih sepenuhnya!  Jika kau tidak ingin mati, pergilah!"

"Pergi? Bahkan aku bisa membunuhmu sekarang. Kau sekarang sudah tidak ada apa-apanya bagiku," ucap pria yang memiliki rambut ungu kehitaman tersebut.

Mystical Savior - Bab 2

8:26 PM Add Comment


Bab 2

"Terima kasih karena kalian sudah menolongku anak baik," ucap nenek itu.

"Tentu saja! Karena itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai generasi muda!" Ucap Hasekura dengan nada penuh semangat.

"Generasi muda?" Tanyaku.

"Kalau begitu, ayo kita keluar dari sini," ajak Hasekura.

"Baiklah," jawabku dengan nada malas.

Kami bertiga akhirnya pergi meninggalkan tempat itu. Sudah di pinggir jalan tol yang sama, nenek itu pergi dengan mengucapkan selamat tinggal kepada kami.
Dia juga memberikan sebuah batu kepada kami dengan bentuk hitam pekat dengan tutul putih melingkar.

Aku tidak tahu apa maksud nenek itu memberikan batu itu. Yang jelas, pemberian itu mungkin sebagai bentuk terima kasihnya kepada kami.

"Ambillah ini," ucap nenek itu.

"Apa ini?" Tanya Hasekura.

"Itu hanya batu biasa, tapi..."

"Hmm?"

"Itu hanya hiasan biasa. Walaupun sederhana, aku harap kalian berdua menyukai hadiah yang kuberikan ini," jelas nenek itu sekali lagi.

"Wah! Terima kasih nenek! Ini sudah cukup keren!" Ucap Hasekura.

"Arigatou," jawabku dengan santai.

Nenek itu pun berjalan pergi meninggalkan kami. Aku dan Hasekura kembali berangkat menuju perusahaan itu untuk bekerja tentunya.
Tidak terasa sekarang sudah jam sepuluh pagi, aku sudah berpikiran yang buruk-buruk, tentunya bos besar disana pasti sudah marah dan berceloteh yang tidak-tidak karena keterlambatanku bekerja. Tapi, aku berharap hal itu tidak akan terjadi.

Beberapa puluh menit kemudian, kami akhirnya sudah ada di perusahaan super besar itu.
Kami sekarang sudah berada di ruangan kerja masing-masing dan kebetulan bos besar tidak ada di kantor. Dengan malas, aku bersandar di kursi sambil menatap layar monitor komputer dengan penuh kebosanan. Berbeda dengan Hasekura yang aku lihat, dia tampak bersemangat.
Berkeliling dari satu meja karyawan ke meja karyawan lain untuk memberitahukan setiap pekerjaan yang akan dikerjakannya.

"Ren! Jangan malas!" Hasekura yang memantauku dari kejauhan.

"Hoam.."

Aku tidak bisa melupakan kejadian tadi. Aku masih memikirkan bagaimana tempat yang kami datangi itu bisa menujuk tempat lain yang penuh dengan pepohonan. Dengan kata lain, aku seperti mengunjungi dunia lain.

Apalagi nenek itu berkata penyihir, aku masih tidak percaya dengan cerita dongeng seperti itu. Jika penyihir yang menculiknya, kenapa kami tidak melihat sosok penyihir itu di bangunan tua tersebut?
Dengan kekuatannya, yang mampu merubah sesuai keinginanannya dengan mengucapkan mantra.


***


Dunia Naria, atau lebih tepatnya disebut dunia pararel. Suatu dunia lain dimana didalamnya dihuni oleh berbagai macam penyihir ataupun penduduk biasa. Tidak hanya mereka saja, berbagai hewan fantasi juga ada di dunia ini.

Dunia Naria mempunyai 4 serikat terbesar. Pertama adalah Serikat Atherium, sebuah serikat yang dominan dihuni oleh manusia biasa, dan banyak yang bekerja sebagai petani dan buruh. Keistimewaan dari serikat ini adalah tempatnya dilindungi oleh naga emas suci. Naga yang dipercaya dapat hidup beribu-ribu tahun dan masih hidup sampai saat ini. Dia juga dipercaya sebagai simbol kekayaan dan simbol kekuatan.

Serikat Rhisero, serikat dari sebelah barat dunia Naria, tempatnya cukup dekat dengan gunung dan sangat lembab. Sama halnya dengan serikat Atherium, kerajaan ini dominan dihuni oleh manusia biasa. Tempat ini sering diserang oleh monster karena disana tidak ada pengguna yang mampu menggunakan sihir dan banyak manusia yang sering gugur disana.

Serikat Aflhim dan Serikat Sgemoru, serikat yang dihuni oleh berbagai macam penyihir. Walaupun 2 Serikat terbesar di dunia Naria ini dihuni oleh penyihir. Tapi, serikat itu masih menyimpan berbagai misteri di dalamnya. Menurut ramalan dari salah satu penyihir dari Serikat Aflhim, Mei Kowaki pernah menyimpulkan bahwa di suatu hari nanti, akan ada Pahlawan Mistis dari dunia manusia yang akan menyelamatkan seluruh penjuru dunia dan menyegel monster yang masih bersembunyi dibawah tanah.

Dunia Naria sendiri mempunyai keindahan alam yang sangat indah, panorama yang elok yang sangat memanjakan kedua mata membuat keindahan dunia Naria semakin tampak dengan jelas.
Hana, salah satu penyihir dari Serikat Aflhim telah kembali dari dunia manusia. Dia juga sudah menemukan beberapa kandidat manusia yang akan diajaknya ke dunia pararel--untuk menjadi Pasukan Mistis.

Dia sekarang sudah berada di dalam rumahnya yang terletak di bagian timur Serikat Alfhim, rumahnya sangat sederhana dengan tembok kayu bercat coklat dan dihiasi berbagai macam alat-alat sihir.

Dengan perlahan dia membuka pintu untuk masuk kedalam rumahnya.

"Bagaimana? apa kau sudah mendapatkan calon Pasukan Mistis yang ada di dunia manusia?" Sambut Mizuo yang sudah membukakan pintu untuknya.

Mizuo sendiri adalah sahabat akrab Hana, tetapi Mizuo sendiri menganggap jika Hana itu adalah seniornya atau lebih baiknya disebut guru. Karena keterampilan Hana dalam menggunakan sihir sangat membuat Mizuo terpukau. Berbeda dengan dirinya, dia masih belum sepenuhnya terampil dalam menggunakan sihir. Meskipun cantik, dengan rambut blonde dan mempunyai pupil biru yang terkesan seperti gadis Amerika, dia tampak terlihat bodoh ketika bertemu dengan pria tampan, apalagi dengan pria yang kuat.

Hana pun merubah wujud nenek tua saat di dunia manusia menjadi remaja muda yang sangat cantik. Dengan rambut pendek sebahu berwarna merah gelap dan memegang sebuah tongkat sihir cukup panjang.

"Aku sudah menemukannya, siapkan aku air hangat. Aku sangat kedinginan," Jawabnya.

"Baguslah!

Tapi, apa kau sudah memberitahukannya? Tentang dunia pararel."

"Belum, aku masih belum menemukan waktu yang tepat."

Dengan perlahan mereka mulai memasuki rumahnya.

"Kenapa kau menyamar menjadi nenek tua di dunia manusia, Hana-san?"
 
"Aku hanya ingin memastikan, manusia tidak akan pernah melupakan sejarah apa yang telah dilakukan oleh Pasukan Mistis 12 tahun yang lalu."

"Lalu kapan kau akan kembali ke dunia manusia?"

"Besok aku akan mengajaknya." Jawabnya dengan singkat, padat dan jelas.

"Kalau begitu sekarang, ayo ajarkan aku beberapa sihir yang hebat dan kuat. Aku ingin menjadi salah satu Pasukan Mistis yang kuat dan berani dan..."

"...sudahlah. Kau tidak akan ditakdirkan menjadi Pasukan Mistis," potong Hana.

"Tapi.. aku ingin.."

"Kau ini sudah kuat. Sekarang, ambilkan aku air hangat," Ucap Hana dengan tersenyum.
"Kemampuanmu itu jauh lebih baik dan sangat berbeda denganku. Maka dari itu, aku sangat ingin bisa melampaui dirimu, Hana-san!" Balasnya dengan tersenyum.


***


Berjam-jam hingga larut sore hari kami bekerja dan waktunya untuk meninggalkan perusahaan. Dengan santai kami berdua berjalan layaknya pagi hari tadi. Di tengah perjalanan, Aku dan Hasekura mencoba berkunjung ke bangunan tua itu sekali lagi, aku sangat penasaran dengan tempat itu dan memastikan apa benar disana ada sebuah penyihir.

"Ren-san! Kenapa kau sangat ingin mengetahui tentang penyihir itu! Aku yakin kau pasti sangat takut!" Ucap Hasekura.

"Huh," Aku hanya menghela nafas.

"Baiklah! Sekarang kita sudah sampai!" Ucap Hasekura.

"Seluruh dunia.. akan aku hancurkan! Hahaha!"

Bayangan apa yang sedang aku pikirkan, aku melihat sososk monster dibalik bangunan tua itu, terlihat sangat menakutkan dan berpenampilan aneh.

"Ren-san!"

"Ma-maaf," kagetku.

"Kau sedang memikiran apa, Ren-san?"

"Entahlah.. suatu bahaya."

"Bahaya? Apa maksudmu?"

"Bayangan itu.."

"Bayangan apa! Aku tak tahu maksudmu!"

"Dunia ini.."

"Hoy! Ren-san!"

Mystical Savior - Bab 1

5:58 AM Add Comment


Bab 1

25 Januari 2016

Aku terbangun dari tidurku semalaman yang begitu nyenyak. Dan seperti biasanya, aku segera keluar dari kamar lalu turun dari anak tangga, mengambil handuk yang ada di kursi ruang tamu dan bersiap mandi.
Setelah membersihkan diri, aku berkaca di depan cermin kamar mandiku, melihat wajahku dengan rambut yang masih berantakan serta semuanya sudah bersih dan bersinar.

Masih pukul delapan pagi, aku pergi melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi dan pergi ke dapur.
Aku membuka kulkas dan menghela nafas sejenak.

Segelas susu dan roti tawar yang akan menjadi santapan pagi hariku. Tidak cukup banyak isi yang ada di dalam kulkas milikku.

Aku mengambilnya dengan rasa malas dan meminumnya sesaat. Kuhiraukan semua tumpahan susu yang membasahi pakaianku.

Setelah meminumnya, aku melihat roti tawar yang sudah kupegang, aku menatapnya lagi.

"Roti... roti.. dan roti.."

Aku langsung membuangnya ke tong sampah.

Aku tidak mau berlama-lama di rumah sendirian yang sangat membosankan. Aku beranjak pergi dari dapur dan meninggalkan rumah untuk bekerja.

Pekerjaanku saat ini adalah sebagai Desainer Grafis di salah satu perusahaan yang paling ternama dan terbesar di Kota Tokyo. Tapi dibalik kebanggaan itu, pegawai yang di dalamnya selalu memanggilku dengan "si pria pemalas".
Sesuai julukannya, sifat malas menjadi prioritas utamaku, tapi kemalasanku itu selalu dibayar oleh pihak perusahaan.
Maka dari itu, aku membutuhkan suatu hal atau kegiatan agar tidak membuatku merasa bosan.

Aku berjalan di pinggir jalan tol, suasana seperti biasanya, banyak kendaraan yang lewat, dan banyak pejalan kaki yang lewat dan ku hiraukan saat ini.

Tanpa sengaja, aku juga bertemu dengan salah satu temanku, dia juga bekerja disana.
Arinori Hasekura, pria berambut biru yang selalu menebar keceriaan di perusahaan. Walaupun dia seorang periang, tapi menurutku dia sangat membosankan.
Dibalik semua itu, dia adalah orang yang baik dan mengerti keadaanku.
Keceriaan yang menerangi hidupnya selama ini, tidak peduli jika dia adalah orang yang selalu ceria. Keceriaan datang dari hati manusia sendiri dan setiap manusia pasti mempunyai hal itu.

"Selamat pagi! Ren!" Sapa Hasekura.
"Hai," balasku dengan cuek.

"Ayolah, jangan seperti itu. Semangat pagi! Semangat!"

"Semangat apanya," jawabku.

Kami berdua jalan bersama menuju ke perusahaan. Tapi di depan, aku melihat banyak orang yang menggeromboli seseorang.

"Ayo kita lihat!"

"Baik."

"Permisi.. permisi.." Ucap Hasekura yang mencoba melihat siapa yang ada di dalam gerombolan itu.

"Siapapun, tolong.. tolong aku," ucap nenek.

"Ada apa, nenek?" Ucap salah satu pejalan kaki yang melihat nenek itu tergetak lemas di tanah.

"Barangku hilang.."

"Barang apa yang hilang?" Tanya pejalan kaki itu.

"Dia mencuri barangku. Dia adalah penyihir... Penyihir jahat," ucap nenek tua itu.

"-dia membawa barangku itu ke suatu tempat."

"Dimana tempat itu?"

"Bangunan tua yang ada di sebelah sana."

Bangunan itu adalah bangunan yang sangat angker dan tidak berpenghuni. Masyarakat Tokyo sudah mengetahui kejadian itu sudah sejak lama, tidak ada satupun orang yang mendekati bangunan itu, karena disana banyak kejadian aneh yang sudah terjadi. Dari hilangnya seseorang di dalam bangunan itu, terjadi orang yang bunuh diri dan lain-lain.

Setelah aku mendegarkan cerita nenek itu tentunya sangat mustahil. Kota Tokyo adalah tempat yang aman dan tidak pernah terjadi tentang hal seperti itu, anehnya lagi, seorang penyihir yang mencuri barang milik nenek itu.

"Apakah ada yang ingin membantuku untuk mengambil barang milikku di bangunan tua itu?" Tanya nenek tua.

Orang yang melihat dan mendengarkan cerita nenek itu pun hanya bisa melihat langit dan melihat tanah dengan perasaan tidak percaya.

Mereka tidak akan mau melakukan hal itu demi sebuah barang orang lain. Serta mustahil baginya, jika barang itu diambil oleh penyihir.

Apa tujuan penyihir mencuri barang itu?

Hasekura langsung menjawabnya...

"Aku mau.."

Orang yang disekitar pun melihat Hasekura dengan raut wajah kebingungan.
Aku pun juga sama.

"Apa kau ini gila!" Ucap orang itu.

"Hasekura..."
"Apa salahnya jika aku menolong nenek yang kehilangan barang berharganya!"

"Kau akan mati sia-sia disana!"
 
"Aku tak akan mati! Aku percaya jika keajaiban itu ada! Pasti ada!"

"-kau akan membantuku, kan?" Lanjut Hasekura sembari menoleh kearahku.


"Tapi.."
"Kau harus ikut denganku, kepandaianmu sangat diperlukan untuk memecahkan masalah ini."

"Jangan memaksaku..
Tapi, baiklah. Aku akan membantumu."

Orang yang disana pun bubar dengan sendirinya dan mereka tetap tidak menyangka bahwa hal itu benar-benar terjadi. Di dunia seperti ini, penyihir itu tidak ada sama sekali.

"Sekarang, antarkan aku ke banguan tua itu, aku akan membantumu."

"Baiklah.. ayo." Ajak nenek itu.

"....menyebalkan. Pagi-pagi sudah seperti ini, menghancurkan hariku saja," Batinku.

Akhirnya kami berdua diajak ke bangunan tua itu. Bangunan itu lebih tepatnya aku sebut istana megah dan mewah. Walaupun kelihatan sangat angker dan menyeramkan, tapi jika dipoles dengan cat dengan warna terang. Mungkin kata "angker" itu bisa hilang.

"Jadi.. disini tempatnya," ucap Hasekura.

"Iya, cu!" Jawab nenek itu.

"-masuklah dan cari barangku disana."

Disaat Aku dan Hasekura menengok kebelakang, nenek itu sudah hilang bagaikan debu.
Aku dan Hasekura hanya bisa tercengang melihat nenek itu yang tiba-tiba menghilang.
Hasekura mencoba mencari nenek tua itu dari berbagai sudut bangunan itu.

"Nenek.. keluarlah. Jangan bermain petak umpet disaat seperti ini.
Kalau mau main, nanti kita main bersama."

"Main....?"

"Ren! Neneknya hilang.

Kalau begitu, ayo kita masuk dan ambil barang itu lalu kita pergi!"

"Baik."

Kami mencoba membuka gerbang itu, lalu dengan perlahan kami memasukinya. Sesampainya kami di depan pintu rumah megah itu, kami membukanya dengan perlahan.

Kuperhatikan sisi kiri dan kanan tidak ada siapapun kecuali Hasekura.

Tiba-tiba tubuhku dan Hasekura terhempas masuk kedalam bangunan itu seolah-olah ada seseorang yang mendorong kami dari belakang.
Kami sudah tergeletak disana.

"Hoy! Siapa yang mendorong kami!

Jika aku melihatnya, akan kuhajar kau!" Bentak Hasekura.

"Hasekura.." Panggilku. Aku mencoba membuat Hasekura sedikit lebih tenang.

"Keluarlah!!! Dasar!!"

"Hasekura.." Panggilku sekali lagi.

"Jangan bersembunyi kau!!! Woy!!"

"Hehh..

Hasekura!!!"

"Apa! Apa!" Kaget Hasekura.

"Lihatlah..."

Kami dengan perlahan bangkit dan melihat isi di dalam bangunan itu. Bukan seperti furniture bangunan yang kami lihat, melainkan yang kami lihat adalah sebuah pemandangan luas yang menampilkan keindahan layaknya alam bebas.

Pohon besar yang sangat lebat dan kupu-kupu yang beterbangan menjadi suatu keindahan di dalamnya
.
"Waow.... indah... sekali.." Takjub Hasekura.

"Aneh," ucapku.

"Kita cari barang itu!"

"Tapi, barang apa yang akan kita cari. Nenek itu masih belum jelas."

"Kita cari apa saja!"

"......." Aku menghela nafas sejenak.

"Ren Katsuo! Bantu aku!"

Aku mencoba menggerakkan tubuhku untuk mencari barang yang tidak jelas itu. Malas yang saat ini kurasakan, tidak hanya telat bekerja tapi menurutku hal ini hanya membuang waktuku saja.
Aku mencoba mencari di sudut sebelah kanan yang tertutupi oleh semak-semak belukar. Dan tidak sengaja aku menemukan sebuah tas kecil berwarna coklat kemerahan.

"Hasekura! Aku sudah menemukannya."

"Benarkah!"

Hasekura menghampiriku dan menatap tas dengan model sederhana itu.

"Mungkin ini tasnya! Sekarang ayo kita pergi dan keluar dari sini!"

Kami berdua pun akhirnya berhasil keluar dari rumah angker itu.
Setelah keluar kami mencoba mencari nenek itu di sekitar luar bagunan rumah itu, berlama-lama mencari kami kaget jika nenek itu sudah ada di belakangku.

"Cu!"

"Ashhh!!" Kaget kami.

"Nenek, apa ini benar barang yang anda cari?" Ucap Hasekura.

"Ini.. tasku."

"Syukurlah," batinku.

"Inilah ramalan yang sudah ditentukan. Selama ini merekalah yang aku cari," ucap nenek itu dalam hati.

Mystical Savior - Prolog

5:46 AM Add Comment

 

Halo~ ini adalah Lite Novel saya yang pernah saya tulis di Wattpad. Bisa dibilang ini adalah versi web novelnya. Saya masih amatir dalam penulisan, jadi jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dikoreksi ya. Karena kritik dan saran kalian sangatlah membantu. Dan satu lagi, ini masih belum direvisi karena status cerita masih on-going.

Jangan lupa follow saya di wattpad : @arisk_
Jika ingin lihat update lebih cepat, bisa cek di akun wattpad saya.


  • Title : Mystical Savior
  • Genre : Fantasy, Action, Drama, Magic, Mystery, Supernatural
  • Status : On-going
  • Author : Arisk (Pen Name)

 

Prolog

Dua belas tahun yang lalu, dalam sebuah dunia paralel dimensi penuh dengan kekuatan sihir. Kekuatan kegelapan datang ke kerajaan sihir dan terjadilah perang besar dimulai.
Tentara monster, dipimpin oleh seorang prajurit yang kuat yang bernama Akahito, menyerbu ke dalam kerajaan sihir.  


Tapi monster tidak akan mudah menyerang kerajaan sihir, karena mereka memiliki pasukan kuat dan pemberani untuk memerangi mereka.
Pasukan Mistis telah berjuang dengan gagah berani melawan rintangan yang luar biasa sampai mereka mengusir monster kembali dari dunia manusia.
Dengan mengucapkan mantra dan akhirnya monster dikirim ke bawah tanah paling dalam dan menyegelnya untuk selamanya.

Kekuatan kebenaran berhasil menggagalkan kekuatan jahat yang berusaha untuk mengambil dunia permukaan, tetapi mereka kehilangan Pasukan Mistis karena menyegelnya dengan taruhan nyawa.
Dunia manusia tidak akan pernah tahu tentang pertempuran besar ini, juga korban dibuat untuk cadangan kehidupan mereka dari kehancuran. Bahkan sampai hari ini mereka tinggal di kedamaian dan ketenangan, benar-benar menyadari apa yang akan terbangun. 

Kota Tokyo, kota yang sering terkena oleh gempa bumi, yang memungkinkan monster cukup untuk memecahkan segel, memungkinkan jahat untuk memperbaharui upaya untuk menyerang bumi.
Penyihir dari dimensi pararel, Hana, menyadari bahwa kekuatan jahat telah kembali dan kini mulai mencari para prajurit legenda baru.

Di dunia manusia.