Bab 7
"Apa katamu?!" Bentak Hana.
"Aku disini berdiri dihadapan kalian karena aku ingin melihat kehancuran dunia Naria!"
Hana masih tidak
mengerti apa tujuan dari Goro Daiki. Dia tidak memperdulikan hal itu,
semuanya sudah jelas--jika Goro akan menghancurkan dunia Naria.
Hana tidak akan tinggal
diam, dia lalu menyuruh Akari dan Hasekura pergi menjauh dari Goro. Itu
karena kekuatan sihir yang dimilikinya jelas tidak cukup kuat untuk
menghadapinya.
Bahkan Hana sendiri tidak yakin jika dirinya akan menang melawan Goro.
Energi dari Goro sangat kuat, Hana mampu merasakan energi yang begitu kuat dari tubuh Goro.
[Magi : Uma no akuma] sebuah sihir dari Goro yang memungkinkan untuk memanggil kuda hitam raksasa dari bawah tanah.
Kuda ini diyakini mempunyai aura jahat dan kuat.
Portal sihir dari bawah
tanah pun muncul kembali lalu keluar kuda dengan ukuran lebih dari lima
belas meter dari portal sihir itu.
Kuda raksasa itu sudah ada di hadapan mereka.
"Baiklah.. aku tidak menghalangimu. Ini bagianmu.." Ucap Akari. Dia mundur bersama Hasekura.
"Aku tidak akan mampu untuk melawannya..
Energinya.. begitu kuat," ucap Hana dalam hati.
Energinya.. begitu kuat," ucap Hana dalam hati.
"Sekarang.. serang Atherium.."
Kuda itu mengangguk pelan, dia pun mulai berlari dan menghancurkan semuanya yang ada dibawah kakinya tersebut.
Hal itu masih dicegah sebelum terlambat.
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, serikat Atherium sudah dijaga oleh naga emas suci.
Akhirnya, naga itu pun
mulai menampakkan wujudnya tepat dihadapan kuda hitam itu. Dia tak ingin
serikatnya dihancurkan begitu saja. Dia akan melawan muda itu.
"Kau.. ini.. Naga Emas Atherium.." gumam Hana.
"Wow! Sekarang ada naga emas!" Kaget Akari.
"Naga emas Atherium, ya?" Gumam Goro.
Duel antar raksasa telah dimulai.
Kekuatan yang sangat
kuat mengalir dari mereka. Mereka saling bertarung dan saling melawan.
Naga emas itu terus menabrakkan tubuhnya ke kuda hitam.
Kuda hitam juga tidak mau kalah, dia membalasnya dengan menabrak tubuhnya juga.
"Sekarang kau akan berhadapan denganku, Hana!" Ucap Goro.
Tidak berpikir panjang, Hana melesat dan sudah ada dibelakangnya. Dia mencoba untuk menendang kepala Goro.
"Lihat belakangmu! Bodoh!" Ucap Hana.
Tendangan sudah dilesatkan dan berhasil mengenai kepala Goro. Tapi--tendangannya sama sekali tidak berdampak padanya.
"Kau bercanda?" Tanya Goro.
"Apa?!"
Goro berhasil memegang
kaki kiri Hana yang sudah mengenai kepalanya itu lalu membantingnya ke
tanah. Hana tergeletak di tanah sekarang.
"Keluarlah pedang kegelapan!"
Portal sihir di sebelah kiri Goro terbuka. Lengan kirinya masuk ke dalam portal itu lalu mengambil sebuah pedang yang diyakini Pedang Kegelapan
.
"Pedang itu.. jangan-jangan!" Kaget Hana.
Pedang itu adalah milik
salah satu penyihir terkuat terdahulu. Dia dirumorkan tewas akibat
insiden pembunuhan. Tapi seluruh serikat tidak mengetahui siapa
pembunuhnya.
Walaupun penyihir itu
bukan salah satu dari Pasukan Mistis, dia sangat sering membantu Pasukan
Mistis terdahulu saat menghadapi berbagai monster.
Pedang itu sebenarnya bukan pedang kegelapan seperti yang dibicarakan oleh Goro. Pedang itu menjadi terlihat seperti jahat karena perasaan Goro sendiri.
"Jadi.. kau ini adalah pembunuhnya!"
"Itu sudah dua belas tahun yang lalu.."
"Berarti.. apa kau ini adalah penyihir dari masa lalu?!"
Hana tidak bisa bergerak
karena kaki kirinya masih diinjak oleh Goro. Hana harus segera lolos
dari Goro. Jika tidak--dia bisa terbunuh. Apalagi dengan kondisi Hana yang tenaganya sudah terkuras habis akibat melawan [Great Shamian Wolf].
Dia saat ini kesulitan untuk berpikir. Bagaimana caranya agar dirinya bisa lolos dari Goro?
Dengan tongkat yang masih dia bawa, dia mencoba menodongkan kearah Goro.
"Magi : Hikari gensō!"
[Hikari gensō] tongkat dari Hana mengeluarkan cahaya yang sangat silau untuk membutakan penglihatan Goro.
Cahaya ini juga mampu membuat lawan yang terkena akan masuk ke dalam jebakan ilusi.
Hana mencoba melakukan hal ini supaya bisa mengalahkan sekaligus melepaskan diri dari Goro.
Bukannya terkena ilusi,
Goro menginjak tubuh Hana dengan semakin keras dan kuat. Dia seperti tak
terkena silauan itu, bahkan ilusi miliknya tidak bekerja.
"Ilusi 'kah? Sepertinya kau tidak akan bisa membunuhku dengan sihir lemah seperti itu."
"Bagaimana kau bisa menghindari ilusi cahayaku? Padahal.. kau juga bisa melihat cahaya yang aku lakukan!"
"Cahaya akan kalah dengan kegelapan."
"Apa katamu?!"
Goro menendang Hana hingga tergelinding ke belakang beberapa meter.
Jantung Hana berdetak kencang, dia tidak pernah melawan penyihir sekuat Goro Daiki. Dia benar-benar mati rasa.
Hana mencoba bangkit dengan perlahan dan tetap berusaha melawan Goro.
Mereka sejenak melihat para raksasa itu bertarung.
Naga emas itu tampak cukup unggul dalam pertarungan. Namun, Goro melompat dan menebaskan pedang kegelapan yang ada di tangan kirinya ke arah naga emas itu.
Pedangnya berhasil menebas bagian kepala Naga Emas Atherium.
"Tidak!!!!!!!" Teriak Hana.
Naga emas telah dibunuh oleh Goro. Naga itu mulai perlahan menghilang disana.
"Naga emas!!" Teriak Hana.
Dengan kata lain--serikat Atherium sekarang tidak dilindungi lagi oleh naga emas suci.
"Bagaimana? Apa kau muak?" Tanya Goro.
"Kau ini siapa! Goro!
Dengan mudahnya.. kau membunuh Naga emas suci!"
Dengan mudahnya.. kau membunuh Naga emas suci!"
"Ada 2 tujuan saat ini yang ada dalam pikiranku.
Pertama.. hancurkan dunia Naria.
Dan kedua.. hancurkan bumi."
Pertama.. hancurkan dunia Naria.
Dan kedua.. hancurkan bumi."
"Ma..maksudmu dunia manusia?" Tanya Hasekura.
"Tepat. Tidak lama lagi seluruh monster akan segera bebas dan keluar untuk menghancurkan kalian!"
Hana mulai berlari
kearah Goro dan mencoba membunuhnya sekali lagi. Kemenangan sangat tipis
untuk Hana. Kemapuan Goro sudah tidak diragukan lagi, dia bukan
penyihir sembarangan.
Hana tak akan menyerah
untuk menyelamatkan serikatnya. Terlebih lagi, dia juga memaksakan
tubuhnya untuk melawan Goro. Padahal sudah jelas, dia tetap tak akan
bisa mengalahkannya.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!!!!"
Goro memukul perut Hana dengan tangan kanannya lalu mengambil tongkat yang dibawa Hana itu.
Tanpa tongkat itu, dia
tidak akan mampu untuk menggunakan sihirnya dengan sempurna. Goro lalu
menendangnya hingga terpental di salah satu gubuk penduduk.
Akari dan Hasekura segera menghampirinya lalu mengangkat Hana yang sudah kesakitan.
"Hana-chan!"
"Hana-san! Bangun!"
"Aku tidak apa-apa.
Tapi dia berhasil mengambil tongkatku.." ucap Hana
Tapi dia berhasil mengambil tongkatku.." ucap Hana
.
"Aku akan menghadapinya-" Akari mencoba membantunya.
"Jangan! Kau tidak akan sanggup untuk melawannya! Bahkan aku pun tidak mampu untuk melawannya!
...Naga emas sudah tiada.." ucap Hana.
...Naga emas sudah tiada.." ucap Hana.
"Ini adalah peringatan untuk kalian semua! Bahkan..
Pasukan Mistis yang diramalkan akan datang pun tidak akan cukup untuk melawanku!
Ini adalah kemenangan pertama bagi monster!"
Pasukan Mistis yang diramalkan akan datang pun tidak akan cukup untuk melawanku!
Ini adalah kemenangan pertama bagi monster!"
"Kau berpihak pada Akahito?" Tanya Hana.
".....baiklah aku pergi.."
Portal sihir hitam itu muncul dibawah Goro, dia masuk ke dalam portal dan dia pun akhirnya meninggalkan mereka.
Ini sebagai peringatan bagi dunia Naria bahwa sebentar lagi Akahito akan keluar dan akan menghancurkan seluruh alam semesta.
Terlebih lagi, tongkat
milik Hana pun dibawa oleh Goro sebagai bukti betapa kuatnya dia.
Sebagai penyihir kegelapan sekaligus penghancur dunia.
Mizuo pun masih
mengantarkan Ren untuk pulang. Tapi sekarang yang mereka lihat, awan
berubah menjadi gelap dan seperti pertanda akan datangnya hujan lebat
ditambah dengan sambaran petir yang dahsyat nantinya.
"Hm.. kenapa awannya tiba-tiba berubah menjadi gelap," ucap Ren. Dia menyadari sebuah suasana yang berbeda.
Tapi tanda itu sebagai pertanda bahwa Hana kalah dalam pertarungan. Mizuo lalu berbalik arah dan meninggalkan Ren sendirian.
"Hana-sama.. apa yang terjadi denganmu?" Mizuo khawatir. Dia berbalik arah dan meninggalkan Ren disana.
"Hei bagaimana denganku?"
"Kau berjalan lurus di depan dan kau akan sampai disana," ucap Mizuo yang berlari untuk menuju ke tempat Hana.
"Hmm? Baiklah..
Apa yang sebenarnya terjadi disini?" ucap Ren yang penasaran.
Apa yang sebenarnya terjadi disini?" ucap Ren yang penasaran.
Hana begitu sangat lemas
karena energinya sudah terkuras cukup banyak. Akari dan Hasekura
membaringkan Hana di sisa gubuk yang masih belum hancur.
"Kau baik-baik saja, Hana-chan?" Tanya Akari.
"Aku baik-baik saja."
"Hana-san..
Sekarang bagaimana.. apa kau bisa menggunakan sihir tanpa tongkat milikmu?" Tanya Hasekura.
Sekarang bagaimana.. apa kau bisa menggunakan sihir tanpa tongkat milikmu?" Tanya Hasekura.
"Aku tidak bisa menggunakan sihir tanpa tongkat itu. Tapi aku tetap bisa mengajari kalian.."
****
Di
Markas Akahito yang berada di bawah tanah. Goro dengan bangga
menujukkan tongkat milik Hana yang berhasil dia bawa ke hadapan Akahito.
Kemenangan
pertama milik monster ini karena Goro yang begitu berjasa.
Tapi--Akahito sama sekali tidak mengagumi kemampuan Goro yang masih
lemah menurutnya.
"Bersoraklah untuk Goro Daiki! Penyihir kegelapan!"
"Jangan senang terlebih dahulu! Kau masih butuh belajar agar kekuatan sihirmu jauh lebih kuat!"
"Tutup mulutmu! Aku sudah mampu menggunakan sihirku dengan baik!"
Monster-monster bersorak nama Goro
dengan kerasnya untuk kemenangan ini. Ambisi Goro untuk menghancurkan
semuanya semakin kuat. Setelah masa lalu yang pernah dia alami
sebelumnya. Seperti yang pernah diceritakan oleh Akahito.
Goro dengan mengangkat tongkat milik Hana serta mendengar teriakan namanya membuat dirinya begitu tersanjung.
Goro semakin besar kepala.
****