Baru-baru ini pemerintah Jepang mengumumkan bahwa mulai tahun ini mereka mulai menerima pengungsi Suriah dalam program pertukaran pelajar, dan mengijinkan mereka untuk membawa serta istri dan anak-anak mereka, kuota yang disediakan sekitar 300 pengungsi untuk lima tahun kedepan. Sebagai tambahan, pemerintah Jepang akan menyediakan dana kebutuhan hidup untuk para pengungsi, keluarga pengungsi juga akan diberikan kesempatan untuk menetap di Jepang pada masa akhir pertukaran pelajar ini.
Japan International Cooperation Agency (JICA) akan mendatangkan 20 pengungsi Suriah yang mengungsi ke Yordania dan Lebanon sebagai peserta pertukaran pelajar setiap tahunnya. Berdasarkan struktur rata-rata keluarga Suriah, JICA memprediksi jumlah total pengungsi yang masuk ke Jepang dalam waktu lima tahun mendatang berjumlah sekitar 300 orang. Gelombang pertama peserta pertukaran pelajar dan keluarganya akan dijadwalkan tiba pada musim panas tahun ini.
Mengikuti pembicaraan mengenai pengungsi pada saat konferensi G7 ke-42 yang diselenggarakan di prefektur Mie pada musim panas musim lalu, Jepang mulai bekerja secara aktif untuk mengatasi masalah tersebut, denagn merekrut pengungsi Suriah sebagai pertukaran pelajar dan memilih sekolah yang mau menerima mereka.
Sebelumnya Jepang sangat ragu untuk menerima pengungsi Suriah dalam jumlah yang besar. Pada tahun 2015, Jepang telah menolak hampir 99% pendaftar suaka, pada akhirnya mereka hanya menerima sekitar 27 orang saja. Namun, upaya dalam waktu lima tahun kedepan akan menggandakan jumlah penerimaan pengungsi, dengan rata-rata 60 pengungsi tiap tahunnya.
Dibandingan dengan negara lain seperti Jerman, yang telah menerima lebih dari 1 juta orang pengungsi pada tahun 2015, upaya Jepang memang terlihat tidak sebanding. Walau begitu, keputusan yang diambil oleh pemerintah Jepang ini sangat berarti untuk para pelajar dan keluarga untuk bisa membangun ulang kehidupan mereka di Jepang.
Source : Jurnal Otaku
EmoticonEmoticon