Bab 2
"Terima kasih karena kalian sudah menolongku anak baik," ucap nenek itu.
"Tentu saja! Karena itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai generasi muda!" Ucap Hasekura dengan nada penuh semangat.
"Generasi muda?" Tanyaku.
"Kalau begitu, ayo kita keluar dari sini," ajak Hasekura.
"Baiklah," jawabku dengan nada malas.
Kami bertiga akhirnya
pergi meninggalkan tempat itu. Sudah di pinggir jalan tol yang sama,
nenek itu pergi dengan mengucapkan selamat tinggal kepada kami.
Dia juga memberikan sebuah batu kepada kami dengan bentuk hitam pekat dengan tutul putih melingkar.
Aku tidak tahu apa
maksud nenek itu memberikan batu itu. Yang jelas, pemberian itu mungkin
sebagai bentuk terima kasihnya kepada kami.
"Ambillah ini," ucap nenek itu.
"Apa ini?" Tanya Hasekura.
"Itu hanya batu biasa, tapi..."
"Hmm?"
"Itu hanya hiasan biasa.
Walaupun sederhana, aku harap kalian berdua menyukai hadiah yang
kuberikan ini," jelas nenek itu sekali lagi.
"Wah! Terima kasih nenek! Ini sudah cukup keren!" Ucap Hasekura.
"Arigatou," jawabku dengan santai.
Nenek itu pun berjalan pergi meninggalkan kami. Aku dan Hasekura kembali berangkat menuju perusahaan itu untuk bekerja tentunya.
Tidak terasa sekarang
sudah jam sepuluh pagi, aku sudah berpikiran yang buruk-buruk, tentunya
bos besar disana pasti sudah marah dan berceloteh yang tidak-tidak
karena keterlambatanku bekerja. Tapi, aku berharap hal itu tidak akan
terjadi.
Beberapa puluh menit kemudian, kami akhirnya sudah ada di perusahaan super besar itu.
Kami sekarang sudah
berada di ruangan kerja masing-masing dan kebetulan bos besar tidak ada
di kantor. Dengan malas, aku bersandar di kursi sambil menatap layar
monitor komputer dengan penuh kebosanan. Berbeda dengan Hasekura yang
aku lihat, dia tampak bersemangat.
Berkeliling dari satu meja karyawan ke meja karyawan lain untuk memberitahukan setiap pekerjaan yang akan dikerjakannya.
"Ren! Jangan malas!" Hasekura yang memantauku dari kejauhan.
"Hoam.."
Aku tidak bisa melupakan
kejadian tadi. Aku masih memikirkan bagaimana tempat yang kami datangi
itu bisa menujuk tempat lain yang penuh dengan pepohonan. Dengan kata
lain, aku seperti mengunjungi dunia lain.
Apalagi nenek itu
berkata penyihir, aku masih tidak percaya dengan cerita dongeng seperti
itu. Jika penyihir yang menculiknya, kenapa kami tidak melihat sosok
penyihir itu di bangunan tua tersebut?
Dengan kekuatannya, yang mampu merubah sesuai keinginanannya dengan mengucapkan mantra.
***
Dunia Naria, atau lebih
tepatnya disebut dunia pararel. Suatu dunia lain dimana didalamnya
dihuni oleh berbagai macam penyihir ataupun penduduk biasa. Tidak hanya
mereka saja, berbagai hewan fantasi juga ada di dunia ini.
Dunia Naria mempunyai 4
serikat terbesar. Pertama adalah Serikat Atherium, sebuah serikat yang
dominan dihuni oleh manusia biasa, dan banyak yang bekerja sebagai
petani dan buruh. Keistimewaan dari serikat ini adalah tempatnya
dilindungi oleh naga emas suci. Naga yang dipercaya dapat hidup
beribu-ribu tahun dan masih hidup sampai saat ini. Dia juga dipercaya
sebagai simbol kekayaan dan simbol kekuatan.
Serikat Rhisero, serikat
dari sebelah barat dunia Naria, tempatnya cukup dekat dengan gunung dan
sangat lembab. Sama halnya dengan serikat Atherium, kerajaan ini
dominan dihuni oleh manusia biasa. Tempat ini sering diserang oleh
monster karena disana tidak ada pengguna yang mampu menggunakan sihir
dan banyak manusia yang sering gugur disana.
Serikat Aflhim dan
Serikat Sgemoru, serikat yang dihuni oleh berbagai macam penyihir.
Walaupun 2 Serikat terbesar di dunia Naria ini dihuni oleh penyihir.
Tapi, serikat itu masih menyimpan berbagai misteri di dalamnya. Menurut
ramalan dari salah satu penyihir dari Serikat Aflhim, Mei Kowaki pernah
menyimpulkan bahwa di suatu hari nanti, akan ada Pahlawan Mistis dari dunia manusia yang akan menyelamatkan seluruh penjuru dunia dan menyegel monster yang masih bersembunyi dibawah tanah.
Dunia Naria sendiri
mempunyai keindahan alam yang sangat indah, panorama yang elok yang
sangat memanjakan kedua mata membuat keindahan dunia Naria semakin
tampak dengan jelas.
Hana, salah satu
penyihir dari Serikat Aflhim telah kembali dari dunia manusia. Dia juga
sudah menemukan beberapa kandidat manusia yang akan diajaknya ke dunia
pararel--untuk menjadi Pasukan Mistis.
Dia sekarang sudah
berada di dalam rumahnya yang terletak di bagian timur Serikat Alfhim,
rumahnya sangat sederhana dengan tembok kayu bercat coklat dan dihiasi
berbagai macam alat-alat sihir.
Dengan perlahan dia membuka pintu untuk masuk kedalam rumahnya.
"Bagaimana? apa kau
sudah mendapatkan calon Pasukan Mistis yang ada di dunia manusia?"
Sambut Mizuo yang sudah membukakan pintu untuknya.
Mizuo sendiri adalah
sahabat akrab Hana, tetapi Mizuo sendiri menganggap jika Hana itu adalah
seniornya atau lebih baiknya disebut guru. Karena keterampilan Hana
dalam menggunakan sihir sangat membuat Mizuo terpukau. Berbeda dengan
dirinya, dia masih belum sepenuhnya terampil dalam menggunakan sihir.
Meskipun cantik, dengan rambut blonde dan mempunyai pupil biru yang
terkesan seperti gadis Amerika, dia tampak terlihat bodoh ketika bertemu dengan pria tampan, apalagi dengan pria yang kuat.
Hana pun merubah wujud
nenek tua saat di dunia manusia menjadi remaja muda yang sangat cantik.
Dengan rambut pendek sebahu berwarna merah gelap dan memegang sebuah
tongkat sihir cukup panjang.
"Aku sudah menemukannya, siapkan aku air hangat. Aku sangat kedinginan," Jawabnya.
"Baguslah!
Tapi, apa kau sudah memberitahukannya? Tentang dunia pararel."
"Belum, aku masih belum menemukan waktu yang tepat."
Dengan perlahan mereka mulai memasuki rumahnya.
"Kenapa kau menyamar menjadi nenek tua di dunia manusia, Hana-san?"
"Aku hanya ingin
memastikan, manusia tidak akan pernah melupakan sejarah apa yang telah
dilakukan oleh Pasukan Mistis 12 tahun yang lalu."
"Lalu kapan kau akan kembali ke dunia manusia?"
"Besok aku akan mengajaknya." Jawabnya dengan singkat, padat dan jelas.
"Kalau begitu sekarang,
ayo ajarkan aku beberapa sihir yang hebat dan kuat. Aku ingin menjadi
salah satu Pasukan Mistis yang kuat dan berani dan..."
"...sudahlah. Kau tidak akan ditakdirkan menjadi Pasukan Mistis," potong Hana.
"Tapi.. aku ingin.."
"Kau ini sudah kuat. Sekarang, ambilkan aku air hangat," Ucap Hana dengan tersenyum.
"Kemampuanmu itu jauh
lebih baik dan sangat berbeda denganku. Maka dari itu, aku sangat ingin
bisa melampaui dirimu, Hana-san!" Balasnya dengan tersenyum.
***
Berjam-jam hingga larut
sore hari kami bekerja dan waktunya untuk meninggalkan perusahaan.
Dengan santai kami berdua berjalan layaknya pagi hari tadi. Di tengah
perjalanan, Aku dan Hasekura mencoba berkunjung ke bangunan tua itu
sekali lagi, aku sangat penasaran dengan tempat itu dan memastikan apa
benar disana ada sebuah penyihir.
"Ren-san! Kenapa kau sangat ingin mengetahui tentang penyihir itu! Aku yakin kau pasti sangat takut!" Ucap Hasekura.
"Huh," Aku hanya menghela nafas.
"Baiklah! Sekarang kita sudah sampai!" Ucap Hasekura.
"Seluruh dunia.. akan aku hancurkan! Hahaha!"
Bayangan apa yang sedang
aku pikirkan, aku melihat sososk monster dibalik bangunan tua itu,
terlihat sangat menakutkan dan berpenampilan aneh.
"Ren-san!"
"Ma-maaf," kagetku.
"Kau sedang memikiran apa, Ren-san?"
"Entahlah.. suatu bahaya."
"Bahaya? Apa maksudmu?"
"Bayangan itu.."
"Bayangan apa! Aku tak tahu maksudmu!"
"Dunia ini.."
"Hoy! Ren-san!"
EmoticonEmoticon